Rabu, 02 Maret 2016

Perbandingan Sekolah antar Negara

Setelah membaca sebuah artikel tentang pendidikan Finlandia yang terbaik di dunia, saya jadi tergelitik untuk menulis. Dahulu saya mengikuti kelas "The Education in Japan" sewaktu kuliah di Universitas Hiroshima. Alhamdulillah sekelas terdiri atas mahasiswa berbagai negara jadi bisa saling membandingkan. Saya dari Indonesia, Hwisang dari Korea selatan, Jussi dari Finlandia, Jeff  dan Caity dari Amerika. Dipimpin oleh dosen pembimbing, kami mendiskusikan pendidikan di Jepang dibandingkan dengan negara kami masing-masing. Selidik demi selidik ternyata siswa di negara saya paling "menderita" lantaran sekolah paling pagi dan selesai paling akhir, ditambah jeda istirahat hanya 30 menit. Bandingkan dengan siswa di Jepang  dan Finlandia yang selalu punya jeda istirahat antar pelajaran. Dengan waktu yang demikian panjang ternyata negara saya tidak berada di posisi atas dibandingkan negara lain. Nah loh kasihan kan sudah susah payah hasilnya tak seberapa.

Hal menarik lainnya jika di negara saya, jaman saya sekolah ada piket membersihkan kelas, di negara lain nampaknya office boy yang melakukannya. Hanya Jepang yang siswanya senasib dengan Indonesia. Sensei (dosen) saya bahkan sempat curhat dulu memainkan sapu saat kebagian piket. Di Amerika guru tidak boleh sama sekali menggeledah tas siswa. Lain halnya dengan siswa Indonesia dan Jepang yang boleh dirazia kapanpun.

Ada bagian yang menarik mengenai perhatian pemerintah kepada guru. Di kelas "The Japanese Culture and Education" sensei bertanya siapa di antara kami yang gaji guru sekolah dasarnya besar (seperti Jepang). Saya dengan pedenya angkat tangan. Dengan pertimbangan saat itu mulai ada sertifikasi guru. Padahal saya tidak tahu juga ya, apa gaji guru sudah besar dibanding profesi lainnya. Tidak saya sangka mahasiswa asal Amerika tidak ada yang mengangkat tangan. Belakangan saya tahu dari film "Bad Teacher" rupanya guru jadi pekerjaan terakhir yang dipilih orang Amerika. Lain halnya dengan Finlandia dimana hanya lulusan S2 dan orang terbaik yang boleh mengajar level SD sekalipun.

Rasio guru di Finlandia 1 guru untuk 13 anak membuat saya kagum. Bandingkan dengan di negara saya yang biasanya 1 banding 30 atau 40. Lalu bagaimana anak saya akan diperhatikan gurunya bila ia saya sekolahkan?. Dengan siswa sebanyak itu pantaslah hanya siswa tertinggi nilainya atau terusil yang akan dikenang gurunya.

Oiya satu lagi, siswa di Finlandia hanya boleh sekolah setelah 7 tahun. Sebenarnya di Indonesia aturannya juga begitu ya. Sayangnya ada saja penyimpangan perkara usia dan bahkan ada tes baca tulis saat masuk SD. Walah usia di bawah 7 tahun kan usia bermain, berkat tuntutan harus bisa membaca, menjamurlah bimbingan membaca bagi anak usia dini. Makin kasihan saja anak di negara ini. Belum saatnya sudah dipaksa calistung. Sudah masuk masa sekolah dijejali jam belajar yang panjang. Tidak heran jika saat remaja muncul berbagai masalah. Meskipun banyak juga sih yang baik-baik saja, ranking, memperoleh beasiswa, dan sebagainya. Tapi bagaimapun kalau saya pribadi tetap memilih home schooling (home education) saja. Paling pas untuk kami sekeluarga.

Tidak ada komentar: