Kamis, 14 April 2016

Saya Seorang Ibu Rumah Tangga

Ketika saya mempelajari ilmu mengenai takdir, ketika itu pula saya memperbaiki pandangan saya terhadap masa lalu dan masa kini, juga masa depan. Saya menerima takdir saya sebagai seorang ibu rumah tangga, terlepas dari latar belakang akademis yang saya miliki. Tidak masalah orang bilang apa mengenai masa lalu di UI dan di Jepang yang nampaknya sia-sia lantaran saya tidak bekerja di perusahaan ternama atau meraih kesuksesan yang terlihat. Justru di mata saya untuk menjadi seorang ibu dari dua orang putri lah saya harus menuntut ilmu. Sebab kontribusi unik dari seorang wanita adalah ketika ia menjadi ibu yang berhasil membesarkan anak-anak shaleh shalihah, bermanfaat bagi agama dan alam semesta.

Seorang wanita bisa berkarir dan sukses menempati posisi tertentu. Tapi itu tidaklah unik karena pria pun bisa. Ia pun bisa sukses menjadi pebisnis handal yang kaya. Tapi itu pun bisa dilakukan oleh para pria. Namun apakah pria bisa hamil, melahirkan, dan menyusui? Memberikan kasih sayang yang lembut pada anak-anak, generasi penerus agama. Hanya wanita yang bisa, wabilkhusus wanita shalihah.

Allah Menakdirkan saya di sini. Hidup sederhana bersama suami dan dua putri. Tidak ada ketenaran. Tidak juga harta yang berlimpah. Tidak banyak yang kenal saya. Saya ini ibu rumah tangga. Tapi setiap kali saya melihat wajah anak-anak, saya paham inilah takdir Allah yang terbaik untuk saya dan keluarga. Jika bukan saya, siapa lagi yang mau dan mampu membesarkan kedua putri saya Sofia dan Zahra. Saya bersyukur sekali ada di sini, sebagai ibu rumah tangga.



Bersama putri pertama Zahra (4tahun 11 bulan) & Sofia (5 bulan 3 minggu).

Tidak ada komentar: