Akhirnya tiba di penghujung usia 20an. Untungnya meskipun menua, Allah telah Memberikan 2 putri yang akan meneruskan perjuangan bundanya dan insyaAllah mendoakan orangtuanya bila tiada. Berhubung semakin menua dan peringatan ulang tahun bukan tuntunan Islam, maka saya tidak terlalu ingat akan hari lahir saya tersebut. Namun rupanya suami ingat betul dan tiba-tiba mengucapkan selamat di pagi hari. Alhamdulillah malamnya membawa pula sekotak donat yang cantik sebagai hadiah, lebih tepatnya hadiah bersama karena dinikmati bersama-sama. Hehehe
Jelang usia 30 tahun saya harap proyek mengahafal Al Quran bisa lebih sukses lagi dan komitmen untuk mewujudkan cita hafidzah 30juz semakin kuat. Saya juga berharap ke depannya semakin sehat dengan fisik yang ideal dan prima agar mampu menunaikan amanah mendidik dan membesarkan anak dengan optimal. Satu lagi saya juga berharap sukses menjadi bunda homeschooling. Berhasil mewujudkan visi anak-anak menjadi anak-anak yang shalihah dan mandiri, bahagia dunia dan akhirat. Amiin.
Kalau saya flashback ke 29 tahun perjalanan saya, mungkin momen terindah dan terbaik adalah saat setahun tinggal di Jepang. Di sana saya merasakan surga dunia, sebab Jepang memiliki fasilitas yang lengkap dan memadai sehingga hidup lebih nikmat dan mudah. Di sana pula saya memperoleh hidayah untuk mendalami Islam, agar tidak seperti orang Jepang yang sibuk mengejar dunia, namun tak menyisakan waktu untuk negri akhirat. Di Jepang saya mengenal diri sendiri lebih dalam. Mendengar komentar dari orang-orang berbagai negara sehingga menambah keping-keping puzzle diri saya. Akibatnya terasa pada kepercayaan diri yang jauh lebih meningkat setelah pulang dari sana. Rasanya kedua putri saya juga perlu mengalami tinggal di luar negri demi kematangan kepribadian mereka. Syukur Alhamdulillah jika kami bisa tinggal di luar negri sekeluarga, mengikuti ayah kuliah S3 siapa tahu.
Sementara itu momen terberat dalan hidup saya adalah saat awal menikah. Penyesuaian diri dengan pasangan dan keluarganya, awal terjun bermasyarakat, di tambah cobaan finansial mengajarkan saya agar lebih bersabar dan bersyukur atas segala cobaan Allah swt.
Jika disimpulkan, berdasarkan pengalaman hidup selama 29 tahun, ini saran saya untuk generasi muda:
1. Tuntutlah ilmu ke luar negri. Engkau akan bertemu budaya dan orang-orang yang berbeda yang akan memperluas sudut pandang dalam menghadapi problematika kehidupan. Engkau juga akan memahami diri dengan lebih baik dan pastinya menjadi lebih percaya diri.
2. Kuasai bahasa Inggris. Miliki skor TOEFL lebih dari 500. Bahasa Inggris amat bermanfaat dalam pergaulan global, membantu dalam memahami beragam informasi yang terserak di dunia maya, juga di dunia akademis.
3. Menikahlah di usia 20an awal, sebaiknya segera setelah lulus S1. Jangan menunda S2 dan S3 dulu. Menunda berkarir dulu dan lain sebagainya. Sebab pengalaman saya belajar dari teman- teman lain yang masih single, menunda menikah membuat kriteria yang dibuat semakin rumit sehingga semakin sulit pula bertemu yang sesuai kriteria yang seringkali tidak esensial. Sementara menikah sebelum lulus sarjana terbilang cukup berat sebab konsentrasi terbelah dan beban lebih berat.
4. Sibukkan diri dengan menuntut ilmu dan bergaul dalam lingkungan yang Islami. Kesibukan menuntut ilmu akan menutup kesempatan melakukan maksiat. Sementara bergaul dengan lingkungan Islami bagaikan berada dalam pagar yang akan menjaga diri dari serangaj serigala buas (godaan syaitan) di dunia luar.
5. Jika tak pandai/ berani berbisnis, tekunlah belajar. Nilai yang baik yang diperoleh dengan kejujuran dan kerja keras akan bermanfaat dalam memperoleh kampus yang baik serta beasiswa ke luar negri.
Demikian saran dari saya berdasarkan jatuh bangun yang saya alami selama 29 tahun hidup saya. Alhamdulillah dengan kerja keras yang saya lakukan selama ini, saya merasa puas dengan kehidupan yang saya miliki saat ini, meskipun tentu saja selalu ada keinginan untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan bijaksana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar