Sabtu, 13 Februari 2016

Melanjutkan ke Home Education Usia Sekolah

Bersyukur sekali literatur mengenai homeschooling begitu mudah ditemukan di internet. Mulai pemikiran para tokoh hingga hal-hal praktis semacam template lapbook. Saya terkejut buku karya John Holt "Teach Your Own" bisa didownload dengan mudah via google. Setelah membaca beberapa bagian, saya menyesal baru sekarang membaca tulisan yang ditulis puluhan tahun lalu tersebut. Di dalamnya terdapat kegelisahan yang saya alami, yang ternyata dialami pula oleh para orang tua sejak zaman dahulu kala.

Saya terbilang cukup berhasil melampaui masa-masa sekolah dengan nilai rapor dan transkip kuliah yang menawan. Tapi hal itu tidak membuat saya ingin anak-anak saya pun demikian. Justru kalau bisa tidak bersekolah, mungkin itu baik bagi anak-anak saya. Karena sekolah adalah mimpi buruk yang senantiasa menghantui malam-malam saya hingga kini.

Jika kini marak terjadi bullying antar rekan sekolah maupun oleh senior, apa yang saya dan banyak orang alami adalah bullying oleh guru. Biasa terjadi guru memukul dengan penggaris, menghukum di depan kelas, berkata menyakitkan, dan berbagai hal yang menakutkan bagi anak-anak sekolah. Saya pernah mengalami dikatai "monyet" oleh guru lantaran rekan rekan saya melakukan apa yang saya sendiri tidak tahu. Apa daya saya yang ketua kelas kena getahnya meskipun sudah duduk manis memperhatikan sang guru. Tentu saya tidak ingin anak-anak saya mengalami peristiwa macam itu.

Setelah menjadi guru saya memaklumi perilaku para guru yang menyakitkan. Mungkin karena beban jumlah siswa didik yang terlalu banyak dalam satu kelas. Oleh karenanya kenapa saya harus mengirimkan anak-anak saya ke sekolah yang gurunya begitu sibuk menangani puluhan anak?. Lalu ketika anak saya atau anak lain "bertingkah" ia akan kena getahnya. Kalau memang guru di sekolah tidak mampu menangani sekian banyak murid sekaligus bukankah sebaiknya saya bantu dengan mendidik anak saya sendiri di rumah. Toh saya pun bergelar sarjana dan pernah menjadi guru pula.

Dengan belajar bersama bunda, anak saya relatif lebih terlindung dari bullying, penculikan, pemerkosaan, pembunuhan, narkoba, dan pergaulan bebas. Hal-hal yang menjadi tantangan tersendiri bagi orang tua jaman sekarang. Selain itu saya bisa mewujudkan impian menjadi keluarga hafidzah. Bersama anak-anak menghapalkan 30 juz dan pergi menuntut ilmu agama Islam. Dan yang pasti ada kebahagiaan ketika melihat wajah anak-anak belajar dengan bahagia, menjalani aktivitas sehari-hari bersama.

Saya tidak mengajak orang lain untuk melaksanakan homeschooling (HS). Memilih HS atau home education (HE) berarti memilih berjalan menyusuri hutan yang kita tidak tahu kemana ujungnya. Selalu ada kejutan dan nuansa petualangan. Tidak ringan sebab kita bisa saja terjatuh atau tersesat. Namun siapa sangka bila ternyata kita akan menemukan danau yang indah, serta pemandangan spektakuler dari puncak gunungnya.

Putri pertama saya nyaris 5 tahun. Maka sudah 5 tahun 9 bulan perjalanan yang kami lalui. Perjalanan yang berliku dan kadangkala kacau balau sebelum akhirnya saya sadar bahwa saya sebagai orang tua masih harus banyak banyak belajar. InsyaAllah lanjut ke HS/HE usia sekolah. Agar dapat terus bersama dengan anak-anak melalui pasang surut kehidupan. Tetap semangat belajar dan beramal.

Saya Eka Dewi Fajariyanti, bunda dua Az-zahra, saya bahagia menjalani home education dan insyaAllah akan terus melangkah menjalaninya.

Tidak ada komentar: