وَمَا أُوتِيتُم مِّن شَيْءٍ فَمَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَزِينَتُهَا ۚ وَمَا عِندَ اللَّهِ خَيْرٌ وَأَبْقَىٰ ۚ أَفَلَا تَعْقِلُونَ
Dan apa saja yang diberikan kepada kamu, maka itu adalah kenikmatan hidup duniawi dan perhiasannya; sedang apa yang di sisi Allah adalah lebih baik dan lebih kekal. Maka apakah kamu tidak memahaminya? (Al Qasas:60)
Dahulu saya enggan membaca status teman-teman di facebook. Terus terang saya tidak tahan melihat kesuksesan teman-teman saya yang telah memiliki berbagai titel, pangkat, kekayaan, dan berbagai kesuksesan lain. Saya yang saat itu berjibaku dengan tangisan bayi dan pekerjaan rumah tangga merasa begitu tidak ada artinya. Berbagai capaian akademis yang pernah saya lampaui pun sia-sia rasanya. Kalah dengan aroma bawang dan tumpukan cucian.
Waktu berlalu, anak-anak tumbuh dengan begitu cepat. Saya pun memperoleh kesempatan dan pengalaman bekerja sebagai pengajar, grafolog, dan pedagang. Setelah semuanya, saya bersyukur, meski tidak memiliki apa-apa yang teman saya miliki. Tidak melanjutkan S2 dan S3 di luar negeri. Tidak sukses berbisnis. Tidak bergelimang harta dan kemewahan. Saya memiliki apa-apa yang sebagian orang tidak miliki. Pengalaman setahun berpetualang di Jepang. Suami yang baik, anak-anak perempuan yang manis, kehidupan yang tenang, waktu yang berlimpah bersama anak-anak, dukungan untuk praktik Homeschooling, dan masih banyak lagi. Ah, masalahnya hanya pada bagaimana saya mensyukuri nikmat dan bersikap empatik pada yang kurang beruntung, alih-alih terus merasa kurang.
Kini saya bisa lebih santai dan ikut berbahagia dengan kebahagiaan orang lain. Sesekali melihat status facebook orang lain pun bukan masalah. Lagipula apalah hidup di dunia ini yang cuma sekejap saja. Sukses yang menarik kini di mata saya hanyalah menjadi penghuni syurga. Semoga Allah swt Menjadikan jiwa kita sebagai jiwa yang tenang. Amin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar