وَالَّذِينَ آمَنُوا وَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُم بِإِيمَانٍ أَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَا أَلَتْنَاهُم مِّنْ عَمَلِهِم مِّن شَيْءٍ ۚ كُلُّ امْرِئٍ بِمَا كَسَبَ رَهِينٌ
Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya. (QS At Thur:21)
Alangkah indahnya bila kita bisa berkumpul kembali dengan anak cucu kita di surga. Suatu cita-cita yang perlu kita perjuangkan sepenuh jiwa saat kita di dunia. Oleh karenanya tidak ada pesan yang lebih penting untuk disampaikan kepada anak cucu kita melainkan pesan agar mereka tidak menyekutukan Allah swt. Agar mereka teguh dalam keimanan sepanjang hayat hingga tutup usia. Layaknya pesan Luqman kepada anak-anaknya.
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ ۖ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". (QS Luqman)
Saya sebagai orang tua dari dua orang putri hendak meneladani bagaimana Luqman dan nabi Ibrahim mendidik anaknya. Yaitu menekankan pentingnya iman dibandingkan hal-hal tidak mendasar seperti baca, tulis, fisika, dan lain sebagiannya. Bukannya anak-anak tidak perlu menguasai itu demi kehidupan di dunia, hanya saja hal-hal tersebut bisa menyusul setelah iman tertancap kuat dan terus meningkat di hati anak-anak. Sebab kematian tidak tentu datangnya dan kita harus siap siaga menyiapkan diri dan keturunan kita dalam menyambutnya.
Untuk mendidik anak-anak sesuai cita tersebut, adalah mudah apabila kita menitipkan anak-anak pada sekolah Islam. Sayangnya saat ini sekolah Islam mensyaratkan biaya yang cukup tinggi bagi keluarga kami. Lagipula saya keberatan bila anak-anak berada di sekolah dari pagi sampai sore dengan jadwal yang sudah ditentukan oleh sekolah. Saya khawatir alih-alih menganggap belajar itu suatu hak dan kebutuhan, anak-anak menganggap belajar sebagai kewajiban semata. Dengan demikian keluarga kami tidak memilih memasukkan anak ke sekolah Islam melainkan memilih jalur pendidikan keluarga atau biasa disebut dengan Homeschooling. Pendidikan keluarga membuat kami memiliki waktu bersama yang berlimpah. Visi keluarga bisa kami wujudkan tanpa berbenturan dengan visi pihak luar karena kami mendidik sendiri. Anak-anak bebas memilih apa yang hendak mereka pelajari setiap hari. Kami menyediakan pilihan dan sarana prasarananya. Alhamdulillah putri saya Zahra yang berusia 4 tahun sudah terbiasa dengan ritme belajar di rumah, sehingga ia yang seringkali meminta untuk belajar bersama. Ia juga memiliki minat untuk membaca dan mempelajari hal-hal baru serta mengamalkannya. InsyaAllah kami akan terus Homeschooling hingga anak-anak kelak kuliah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar