Tentang kesepian yang kumaknai berbeda. Aku bingung, kenapa di awal semester 5 kemarin sempat mengalami masa-masa kesepian?. Sementara saat ini liburan, aku ada di kosan yang sama, dalam kondisi yang serupa dengan saat itu, tapi sama sekali nggak merasa kesepian.
Setelah berpikir, aku menarik kesimpulan sesuai kesimpulan sebelumnya bahwa kesepian adalah kondisi psikologis, meski suasana ramai berantakan kau masih mungkin merasa kesepian. Tapi yang baru kusadari adalah bahwa kondisi psikologis tersebut bisa diatasi dengan kesibukan kognitif (proses mental berpikir). Dengan memiliki proyek besar pribadi maupun kelompok, kognisi menjadi penuh dengan beban. Asalkan tidak menimbulkan kognitif load (beban kognitif berlebihan), kesibukan kognitif amat membantu dalam meramaikan kekosongan secara psikologis. Sehingga tidak masalah apabila lingkungan amat sepi, hening, siiing...krik..krik... asalkan ada pikiran yang “penting” dalam otak kita yang luar biasa.
Kesepian adalah tantangan. Kesepian adalah kesempatan.
Agak nggak nyambung, tapi kepikiran soal orang-oang yang fisiknya terpenjara, tapi kognisinya merdeka. Pramodya Ananta Toer menghasilkan buku-buku level nobel sastra dalam pengasingannya. Kita juga pasti BISA!. Seandainya hidup ini selamanya, mungkin aku akan bersantai-santai saja. Tapi hidup Cuma sementara, sebentar saja. Sebelum otakku dibenamkan dalam tanah bersama jasad, aku musti menggunakannya sebaik mungkin, seoptimal yang aku bisa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar