“Pikirkan apa yang kita inginkan, bukan apa yang tidak kita inginkan”.
Dulu aku pernah sakit hati parah banget sama seseorang. Cita-citaku saat itu adalah tidak lagi melihat orang itu di dunia ini, atau spesifiknya di sekitarku. Jika dia ada di suatu tempat, aku memilih jalan lain agar tidak menemuinya. Jika dia berkata akan mengikuti suatu organisasi, maka aku akan mengikuti organisasi lain yang lokasinya jauh dan menyebabkanku nyaris tak akan menjumpainya lagi.
Aku TIDAK ingin menemuinya di manapun, kapanpun, dengan alasan apapun. Tapi entah kenapa, dia selalu eksis bagiku. Aku ikut suatu organisasi yang jauh dan nyaris mustahil akan dia ikuti. Tapi ternyata malah dia ikut masuk organisasi tersebut dan sangat eksis di dalamnya.
Aku TIDAK ingin menemuinya dimanapun, kapanpun, dengan alasan apapun. Tapi entah kenapa semua orang di sekitarku membicarakannya seolah dia satu-satunya orang penting yang layak dibicarakan. Seolah-olah semua orang berkonspirasi mengiris hatiku.
Aku TIDAK ingin menemuinya dimanapun, kapanpun, dengan alasan apapun. Tapi semakin tidak ingin, semakin aku menemuinya.
Hingga aku memikirkan hal lain: ”aku ingin bertemu pasangan hidupku”. Maka entah bagaimana caranya, dia yang kubenci dan kuhindari mati-matian lenyap dari pandanganku. Orang-orang disekitarku berhenti membicarakannya dan mulai membicarakan hal lain. Dan aku tak lagi dapat melihatnya meskipun sebenarnya dia masih ada. Maka dia ”lenyap” lalu digantikan oleh seseorang yang kucari—bukan lagi yang kuhindari.
Kini aku bersyukur bahwa aku telah memilih mengubah pikiranku dulu. Kebahagiaan selalu memelukku setelah tak lagi fokus pada sesuatu yang tidak kuinginkan.
I believe in ”the secret”-- the law of attraction-- because I`ve ever proven by myself.
Referensi: The Secret by Rhonda Byrne.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar