Selasa, 02 Oktober 2007

Jadi Ayah yang baik...

Apakah semua laki-laki ingin menjadi ayah yang baik?. Cukup kaget dan terharu mengetahui bahwa ada laki-laki single menonton tayangan Ibu dan Anak, mengetahui cara mengatasi kelakuan anak, mengikuti mata kuliah Psikologi Pendidikan Anak dengan motivasi ”selama ini kan sering denger Ibu yang baik, kenapa nggak ada menjadi Ayah yang baik?”. Ada pula laki-laki yang mengikuti acara sosial yang berhubungan dengan anak-anak dengan alasan serupa, “mempersiapkan diri jadi Ayah yang baik”.

Pada dasarnya jika ada parenthood dan motherhood, kenapa tidak ada fatherhood. Dosen Psikologi Pendidikan Keluarga bilang, orang-orang sukses umumnya memiliki ayah yang berperan secara signifikan dalam membesarkan anaknya.

Kenapa pria punya peran yang kecil dalam membesarkan anak, ternyata karena wanita juga. Studi Ronalld dan Pollack (1995) menjukkan bahwa seringkali wanita (yang berperan sebagai Ibu), ketika memberikan peran pengasuhan anak berkomentar negatif pada suami mereka. Misalnya “Duh...Sayang....bukan kayak gitu gendongnya!!”; “Mas, ganti popok-nya yang bener dong ah, udah deh sini aku aja...”. Akibatnya para ayah tersebut merasa tidak kompeten dan rendah diri perihal pengasuhan. Sehingga mereka berpikir “Udah ah, kalo gitu Mama aja lah yang ngurus anak, aku nyari uang aja!!”.^^

Studi Ronnald dan Pollack (1995) selanjutnya, menyatakan bahwa menjadi ayah adalah suatu kesempatan terbesar bagi pria untuk transformasi personal. Pertama, dengan menjadi ayah, laki-laki dapat mengenali pengaruh positif dari komitmen positif mereka bagi kesejahteraan anak-anak mereka, baik anak laki-laki maupun perempuan. Mereka dapat memberikan apa-apa yang dulu tidak diberikan ayah mereka saat kecil. Hal tersebut merupakan transformasi altruistik yang meningkatkan self-esteem (harga diri) pria. Kedua, dengan menjadi Ayah, maka seorang laki-laki mencoba peran nurture seorang Ibu, sehingga perasaan-perasaan negatif sebelumnya tentang femininitas dan maternal secara dramatis dapat berkurang. Pada intinya, dengan menjadi Ayah, seorang laki-laki menjadi semakin baik dan matang secara psikologis.

Jadi ya, untung buat anak, untung juga buat Ayah si anak. Untung juga buat ibu-nya juga kali ya... (ada yang bantuin ngurusin n mendidik anak)^^. Jadi ayah yang baik...kenapa nggak?

Source:
Ronald, L.F. & Pollack, W.S. (1995). A New Psychology of Man. New York: Basic Book.
Kuliah Psikologi Pendidikan Keluarga (29 Agustus 2007)

Tidak ada komentar: