Minggu, 23 September 2007

Need to be “Strong”

Dalam esai berjudul “Battered Wives, Dead Husbands”, Laura Meyers (1978) menceritakan kasus seorang suami yang dibunuh oleh istrinya. Dianggap luar biasa karena publik terbiasa mendengar hal sebaliknya. Kasus-kasus serupa mulai marak terjadi pada saat tulisan tersebut dibuat –entah saat ini. Berbagai cara digunakan, baik dengan tongkat, membakar sang suami saat sedang tidur, atau lebih praktis dengan senjata api. ^^

Dikatakan bahwa “You have to realize that most of the women who do this are not the feminist type”. Mereka adalah wanita-wanita yang mengalami kekerasan bertahun-tahun dan menahan diri untuk tidak pergi meninggalkan pasangan mereka. Sebenarnya tentu mereka ingin penderitaan mereka berakhir, hanya saja, wanita-wanita tersebut tidak dapat mandiri secara finansial dari suami mereka, atau tidak memiliki saudara ataupun teman-teman yang dapat mendukung mereka. Ditambah lagi dengan lemahnya sistem perlindungan hukum bagi para istri korban kekerasan saat itu. Alasan lain adalah cinta. Karena tidak selamanya pasangan mereka memukuli –terkadang jadi baik hati lagi, minta maaf, dan berjanji nggak bakal ngelakuin hal yang sama--, wanita korban kekerasan berpikir ulang dan merasa nggak rela suami mereka masuk bui.

Aku sangat awam soal KDRT saat ini, tapi apa salahnya menjadi wanita yang kuat secara fisik dan finansial??. Kalaupun syukur-syukur dapet suami soleh, baik hati, jujur, rajin menabung, romantis, suka menolong, perhatian, bla-bla-bla.... toh siapa jamin hidup kita bakalan “save” selamanya??.














picture taken from: http://www.businessfranchise.com/images/special/large/WOMEN.jpg

Tidak ada komentar: