Sabtu, 08 Agustus 2020

Pengalaman Wisata ke Karawang

Alhamdulillah akhirnya setelah tiga bulan lebih terkurung di rumah semasa PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) di Kota Depok, akhirnya keluarga Az-Zahra memulai kembali wisata edukasi di masa New Normal (adaptasi kebiasaan baru). Meskipun kondisi tak lagi sama, karena wabah belum berakhir, setidaknya kami bisa kembali menjelajahi bumi Indonesia yang unik di setiap titiknya. Kedua Az-Zahra yang sudah terbiasa diam di rumah juga memaklumi, jika wisata kali ini akan jauh berbeda dan lebih terbatas dibandingkan di masa sebelum wabah covid19.

Pertama-tama, kami mementingkan keamanan dan keselamatan. Oleh karenanya, kami merencanakan perjalanan jarak dekat, dengan meminimalisir berada di kerumunan. Kota terdekat yang belum pernah kami kunjungi adalah Karawang, Jawa Barat. Jika menggunakan mobil pribadi kurang lebih dapat dicapai dengan dua jam perjalanan dari Pitara, Depok. Perjalanan sangat lancar, sehingga kami tiba di kota tanpa kendala. 

Kesan kami terhadap kota Karawang adalah panas terik. Kotanya luas dan lengang. Sama sekali tidak ada kemacetan layaknya di Jakarta dan Depok. Entah mungkin karena wabah, atau memang begitulah adanya, bisa kita tanyakan orang Karawang ya. Jalan-jalan di kotanya luas dan lebar. Pusat kota terbagi atas area mall modern, area alun-alun, dan area kantor pemerintahan. Meski tak jauh dari Jakarta, di Karawang kita bisa menemukan banyak sekali sawah dan nuansa klasik ala pedesaan. Sungguh kota yang unik.

Bicara tentang keselamatan, kami hanya mampir ke Red Suki Galuh Mas Karawang. Setelahnya, kami menghabiskan hari di Hotel Akshaya yang terletak di Teluk Jambe, tak jauh dari Red Suki. Oiya sebelum menuju hotel, kami sempat menuju Rengasdengklok demi menemui lokasi bersejarah rumah pelarian presiden Soekarno. Rupanya lokasi rumahnya sulit dijangkau dengan mobil, sehingga kami hanya sampai di Monumen Kebulatan Tekad. Rengasdengklok rupanya cukup jauh, sekitar 30 menit dari Galuh Mas. Suasana pedesaan yang kental membuat saya membayangkan alangkah sulitnya membawa presiden Soekarno dari Jakarta kesini di masa itu. 


Satu wisata kuliner yang kami kunjungi di Karawang hanyalah Red Suki. Sebenarnya kalau sekedar Red Suki biasa ya ditemui di mall-mall Jabodetabek. Namun restoran Red Suki di Karawang sungguh luar biasa. Pengunjung ditawari menu Red Suki dan Steak 21 sekaligus di lobi bawah. Pelayannya ramah dan memakai pakain pramugari dan pilot. Loh kenapa? Karena setelah memesan menu, pengunjung diberikan tiket untuk masuk ke pesawat merah Red Suki atau pesawat biru Steak 21. Keren kan?. Anak-anak sudah pasti senang merasakan sensasi makan di pesawat, lengkap dengan suara kabinnya yang khas. Bedanya disini ada meja untuk suki dan panggangan seperti biasanya pada restoran Red Suki lainnya. Dari segi harga memang lebih mahal dari Red Suki di mall, karena ada penambahan biaya layanan 10% ditambah pajak yang ternyata menyertakan biaya layanan sebagai komponen presentasenya. Alhasil kami membayar sekitar 40ribuan untuk pajak dan layanan. Tapi ya, sebanding dengan keunikan pengalaman yang diberikan. 

Setelah Red Suki dan hotel Akshaya, tidak banyak yang kami lakukan di Karawang. Di hotel kami hanya bisa memakai jogging track karena kolam renang dilarang dipakai di masa pandemi. Sarapan di pagi hari juga tidak berupa prasmanan, melainkan berupa tiga paket pilihan yang sederhana. Untungnya rasanya lezat dan mengenyangkan jadi tidak terlalu mengecewakan. 


Pulang dari Karawang, kami sempat menuju tiga lokasi toko oleh-oleh. Sayangnya semua masih tutup karena liburan Idul Adha, jadi kami pulang tanpa menyicipi ataupun membawa oleh-oleh khas Karawang.

Sekian pengalaman kami di Karawang Jawa Barat. Alhamdulillah kami kembali dengan selamat, anak-anak senang, dan insyaAllah lain waktu coba lagi wisata ala pandemi ke Subang Jawa Barat.



Tidak ada komentar: