Akhirnya kesampean juga salah satu tujuan datang ke negri sakura: mengunjungi sekolah tuk mengobservasi pendidikan negara ini. Sebenarnya untuk observasi pendidikan di perguruan tinggi sudah kulakukan sambil merasakan sendiri jadi mahasiswa di sini, tapi untuk pendidikan tingkat menengah Alhamdulillah kesampean hari ini.
Pukul 9.20 pagi, aku, sensei (dosen), dan 3 teman lainnya berangkat menuju salah satu SMA di Jepang. Berhubung mayoritas dari kami tertarik dengan pendidikan bahasa Inggris di negara ini, maka kunjungan spesifik pada kelas-kelas bahasa Inggris saja. Mula-mula kami di sambut oleh kepala sekolah. Untuk pertama kalinya melihat secara nyata bagaimana budaya perkenalan orang jepang. Sensei dan pak kepala sekolah berdiri berhadapan, lalu membungkukkan badan berkali-kali sambil meperkenalkan diri dengan kata-kata sopan. Sambil membungkuk keduanya menyodorkan kartu nama masing-masing yang pada akhir perkenalan ditukarkan. Lalu bapa kepala sekolah pergi digantikan wakilnya. Bersama beliau kami berkeliling dari satu kelas ke kelas lainnya. Berhubung sekolah yang kami kunjungi cukup besar, dengan beberapa gedung bertingkat, ditambah lagi kelas bahasa inggris yang satu dan lainnya terpisah gedung dan lantai, "tsukareta"-capek juga.
Kelas pertama adalah kelas percakapan untuk SMA kelas 1. Judulnya kelas percakapan, tapi yang ada guru mengajarkan tata bahasa dan murid diam seribu bahasa. Ooow.. Untungnya kami segera pindah ke kelas percakapan lainnya. Kali ini luar biasa!. Seorang guru asal Kanada dengan bersemangat bergerak ke sana kemari, mengajarkan petunjuk arah dalam bahasa Inggris. Siswa tidak bisa tidak bicara, karena setiap orang akan dikenai lemparan boneka bulat dari sang guru. Siswa yang menerima boneka bulat mendapatkan giliran menjawab pertanyaan. Setelahnya ada aktivitas berkelompok dimana masing-masing siswa merasakan baik menjadi observer, pemandu jalan, maupun orang yang buta karena menggunakan penutup mata. Pemandu jalan bertugas mengararahkan temannya yang buta menuju tujuan tertentu. Di situlah mereka mempraktikkan, "Go straight!", "Turn Left!", "Turn Right", dan "Stop!". Berhubung selama pelajaran guru "native speaker" bicara sepenuhnya dalam bahasa Inggris, ia didamping seorang guru lain yang menjelaskan dalam bahasa Jepang. Sesuai dugaan, ini bukan tipe kelas jepang pada umumnya, akibatnya umumnya siswa malu-malu mempraktikkan bahasa Inggris meski sederhana. Dan sayangnya mereka dalam praktik berkelompok sering menggunakan bahasa inggris yang dijepangkan, seperti "straight" menjadi "straito".. dan alih-alih mengatakan "No", yang terdengar malah "chigau" (bukan).
Setelah kelas usai kami mewawancarai sang "native speaker". Rupanya kelas hari ini adalah kelas improvisasi spontan sang guru, karena video player di kelas entah kenapa rusak. Wah "Sugoiii" (hebat) improvisasinya aja begitu mantappp.. Rupanya lagi, ia adalah guru untuk program JET (Japan Exchange Teaching Program)..apa itu? untuk lebih jelasnya ini link-nya http://www.jetprogramme.org/.
Selingan dari observasi pendidikan bahasa Inggris, kami diajak ke gymnasium, melihat para siswi berolahraga (para siswa berolahraga terpisah di lapangan). Kami yang dari USA, Indonesia, dan Finlandia (teman dari Korea Selatan yang dekat budayanya tidak) terkesan dengan gerakan senam siswi-siswi itu yang terbilang berbahaya. Masing-masing berpasangan, siswi pertama duduk menyelonjorkan kaki, sementara siswi kedua berdiri dihadapannya. Mula-mula siswi kedua loncat tegap, siswi pertama yang duduk membuka kakinya agar tidak terinjak. lalu siswa kedua loncat sambil membuka kaki, siswi pertama mengimbangi dengan menyelonjorkan kakinya lurus. Salah atau terlambat bergerak, bisa saja siswi pertama terinjak sepatu temannya yang meloncat-loncat. Oow.. Temen dari finlandia selain mempertanyakan itu, juga mempertanyakan, "kenapa guru untuk siswi bukan guru perempuan juga?". Hoho.. Sensei malah nanya balik, lah memangnya apa yang dikhawatirkan?, "Sexual harashment?". Oh iya maaf nda ada ilustrasi gambarnya, kalo mau membayangkan seperti apa gedung olahraga di sini, silahkan liat drama jepang seperti "One Littre of Tears" atau "Gakushen".
Sepertinya sudah cukup panjang note kali ini. Dilanjut ke note berikutnya ya...
(Friday, July 2, 2010 at 8:52pm)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar