Catatan tentang pendidikan rumah, psikologi, grafologi, Jepang, dan perjalanan penulis.
Sabtu, 14 Juni 2008
Motivasi Berprestasi dalam "Sang pemimpi" Andrea Hirata
Motivasi didefinisikan sebagai sesuatu yang memberi daya pendorong untuk berperilaku dengan menggerakkan, menopang, dan mengarahkannya menuju cita-cita yang hendak dicapai (Madsen dalam Wortman, Loftus, & Weaver, 1999; Omrod, 2006). Motivasi mempengaruhi perilaku manusia (Omrod, 2006). Perilaku siswa dengan motivasi yang tinggi diantaranya mengarah menuju cita-cita tertentu, misalnya mengambil mata kuliah pilihan Psikologi Kesehatan karena ingin bergerak di bidang kesehatan. Ia mengerahkan energi dan usaha yang sungguh-sungguh demi meraih cita-citanya (Pintrich et. al., dalam Omrod, 2006). Siswa tersebut juga memiliki inisiatif dan ketekunan, serius dalam memproses informasi yang terkait dengan cita-cita, serta peduli dengan konsekuensinya (misalnya merasa bangga apabila berhasil). Selain itu, ia nampak selalu berusaha meningkatkan penampilannya.
Serupa dengan motivasi, motif didefinisikan sebagai segala daya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu dan untuk mencapai tujuan tertentu (Nasution; Woodworth dalam Sobur, 2003). Ia adalah kondisi yang meningkatkan afek (McClelland, et. al., 1953). Afek sendiri merupakan ekspresi emosi yang ditampakkan (Fausiah & Widuri, 2007). Afek tersebut dapat diobservasi dan memiliki durasi yang lebih singkat daripada mood (suasana perasaan). Murid yang menyusun rencana dan cita-cita, akan merasa optimis untuk mencapai cita-citanya tersebut apabila ia merasa bersemangat dibandingkan apabila sedang depresi (Harter dalam Omrod, 2006). Hal tersebut juga akan mempengaruhi perasaannya kemudian, ia akan memikirkan perasaan bahagia apabila sukses dan sedih apabila gagal (Mellers & Mcgraw, dalam Omrod, 2006).
Sedangkan definisi dari berprestasi adalah penampilan yang dipersepsi sesuai dengan standar-standar keunggulan (McClelland, et. al., 1953). Penampilan tersebut menimbulkan afek-afek, baik positif, negatif, maupun netral. Sehingga, motif berprestasi mengacu pada afek yang berkaitan dengan evaluasi penampilan (McClelland, et. al., 1953). Ia adalah motif yang mendorong seseorang untuk mencapai keberhasilan dalam bersaing dengan suatu ukuran keunggulan (standard of excellence), baik dari prestasinya sendiri (autonomous standards) di waktu lalu ataupun prestasi orang lain atau standar perbandingan sosial (McClelland dalam Zakianto & Ali-Nafis, 2001). Dengan demikian, motif berprestasi pada akhirnya didefinisikan sebagai daya pendorong untuk berperilaku dengan menggerakkan, menopang, dan mengarahkan perilaku menuju evaluasi penampilan yang sesuai standar-standar keunggulan, sehingga meningkatkan afek, baik positif, negatif, mapun netral.
Zakianto dan Ali-Nafis (2001) menjabarkan ciri-ciri dari orang dengan motif berprestasi yang tinggi, yaitu:
a.selalu berusaha, tidak mudah menyerah dalam mencapai sukses maupun dalam berkompetisi, dengan menentukan sendiri standar bagi prestasinya;
b.menampilkan hasil yang lebih baik pada tugas-tugas khusus yang memberikan arti bagi diri dibandingkan tugas-tugas rutin;
c.tidak dipengaruhi oleh iming-iming reward
d.cenderung mengambil risiko dengan taraf moderat;
e.mencoba memperoleh umpan balik;
f.mencermati lingkungan dan mencari peluang yang ada;
g.bergaul lebih untuk memperoleh pengalaman
h.senang akan situasi yang menantang dimana ia dapat memanfaatkan kemampuannya;
i.cenderung mencari cara-cara yang unik dalam menyelesaikan masalah;
j.kreatif; dan
k.seakan-akan dikejar-kejar waktu dalam bekerja dan belajar.
B. Kategori dan Definisi Operasional
Kategori-kategori berikut ini merupakan kategori content analysis motif berprestasi McClelland et. al. (1953). Dalam bukunya “The Achievement Motive”, McClelland et. al. (1953) menyebut kisah imajinatif tentang motivasi dengan istilah Achievement Imagery (AI), yaitu kisah yang menceritakan usaha tokoh-tokohnya untuk meraih sukses yang ditandai dengan adanya kompetisi dengan beberapa standar keunggulan. Apabila AI dielaborasi sehingga menjadi tema sentral plot atau tema sentral cerita, maka kisah AI tersebut mendapatkan skor Acievement Thema (Ach Th). Ada pun AI terdiri atas subkategori sebagai berikut:
1. Competition with a standard of excellence (AI)
2. Unique accomplishment (AI)
3. Long-term involvement (AI)
4. Doubtful Achievement Imagery (TI)
5. Unrelated Imagery (UI)
Kisah yang menggambarkan motif berprestasi umumnya menceritakan proses penyesuaian diri berupa urutan perilaku yang dilakukan tokoh utamanya guna mencapai cita-citanya. Proses tersebut diawali dengan munculnya kebutuhan akan berprestasi (need for achievement/ N), kemudian tokoh tersebut mengantisipasi kesuksesan (successful of attainment/ Ga +) atau mengantisipsi kegagalan (Ga-). Dalam meraih cita-citanya, tokoh dalam cerita melakukan aktivitas-aktivitas menuju tercapainya cita-cita (Instrumental attainment of goal/ I+) atau aktivitas yang menjauhkan dari cita-citanya (I-). Terkadang tokoh tersebut menghadapi halangan (obstacle or block/ B) yang terjadi di luar dirinya (Bw) maupun dalam dirinya (Bp). Dalam proses tersebut, individu merasakan afek positif (G+) atau juga afek negatif (G-). Seringkali sang tokoh ditolong maupun didukung ole seseorang dalam meraih cita-citanya (nurturant press/ Nup).
Definisi Operasional
Motif Berprestasi
Penyebab timbulnya perilaku berusaha mencapai standar penampilan yang unggul. Sekaligus penyebab munculnya afek (ekpresi emosi yang tampak), berkaitan dengan kesuksesan atau kegagalan pencapaian standar penampilan tersebut.
Achievement Imagery (AI)
Kisah yang menceritakan usaha tokoh-tokohnya untuk meraih sukses yang ditandai dengan adanya kompetisi dengan beberapa standar keunggulan.
Achievement Thema (AchTh)
AI dielaborasi sehingga menjadi tema sentral plot atau tema sentral cerita
Competition with a standard of excellence (AI)
a.satu beberapa tokoh dalam cerita terlibat dalam kompetisi (bukan agresi/ perilaku mencelakai orang lain) dimana tokoh-tokoh tersebut secara eksplisit menyatakan fokus untuk memenangkan sesuatu atau melakukan sesuatu sama baiknya dengan orang lain;
b.apabila poin a tidak dinyatakan dapat digantikan dengan pernyataan afek/ ekspresi emosi terlihat dalam pencapaian cita-cita. Dapat pula digantikan dengan pernyataan instrumental usaha mencapai cita-cita;
c.kompetisi tidak harus melawan orang lain, melainkan berupa kompetisi mencapai standar prestasi yang ditetapkan oleh diri sendiri.
Unique accomplishment (AI)
Penemuan, kreasi artistik, dan penemuan luar biasa menuju pencapaian cita-cita.
Long-term involvement (AI)
Pernyataan mengenai cita-cita jangka panjang
Doubtful Achievement Imagery (TI)
Isi cerita yang tidak memenuhi subkategori AI, namun masih berhubungan dengan motif prestasi.
Unrelated Imagery (UI)
Isi cerita yang sama sekali tidak berhubungan dengan motif berprestasi.
Need for Achievement (N)
Tokoh cerita menyatakan keinginan secara eksplisit bahwa ia ingin mencapai cita-cita tertentu.
Instrumental Achievement (I+, I-, Io)
Aktivitas overt maupun mental oleh satu atau lebih karakter dalam cerita, yang mengindikasikan bahwa sesuatu dilakukan untuk mencapai cita-cita. Skor I+ diberikan apabila usaha yang dilakukan sukses, skor I- apabila usaha yang dilakukan tidak sukses, dan skor Io diberikan apabila hasil usaha belum diketahui hasilnya.
Anticipatory goal states (Ga+, Ga-)
Seseorang dalam cerita mengantisipasi kesuksesan maupun kegagalan pencapaian cita-cita. Skor Ga+ menandakan bahwa tokoh cerita memikirkan kesuksesan yang akan dicapainya. Skor Ga- menandakan tokoh cerita memikirkan kegagalan yang mungkin menimpanya.
Obstacles or Blocks (Bp,Bw)
Cerita mendapatkan skor halangan apabila aktivitas menuju cita-cita terhalang. Apabila halangan berasal dari diri individu (misal kurang percaya diri, dsb) maka mendapat skor Bp. Apabila halangan berasala dari luar diri individu atau lingkungan, maka mendapatkan skor Bw.
Nurturant Press (Nup)
Tekanan dalam cerita, sumber daya personal, yang membantu tokoh cerita melaksanakan aktivitas mencapai cita-cita. Dapat berupa pertolongan, simpati, atau dukungan dari orang lain.
Affective States (G+, G-)
Kondisi afektif atau emosional yang diasosiasikan dengan pencapaian cita-cita. Skor G+ menandakan afek (kondisi emosional) positif, misalnya: bahagia, bangga, dsb). Skor G- menandakan kondisi afek negatif, misalnya: tidak bersemangat, merasa gila, dsb).
Catatan: Satu bagian cerita masuk hanya sekali dalam salah satu subkategori (mutually exclusive).
Achievement Imagery (AI):
Novel “Sang Pemimpi” menceritakan usaha Andrea (Ikal) dan Arai untuk meraih beasiswa kuliah di Universiteit de Sorbonne, Perancis serta cita-cita berkeliling Eropa dan Afrika. Berikut ini subkategori AI yang terdapat dalam kalimat-kalimat tau paragraf novel tersebut: (catatan= dalam novel tersebut, bab digantikan dengan istilah mozaik, misal: mozaik 1, mozaik 2, dst. F= frekuensi)
Competition with a standard of excellence (subkategori AI)
a.satu beberapa tokoh dalam cerita terlibat dalam kompetisi (bukan agresi/ perilaku mencelakai orang lain) dimana tokoh-tokoh tersebut secara eksplisit menyatakan fokus untuk memenangkan sesuatu atau melakukan sesuatu sama baiknya dengan orang lain;
b.apabila poin a tidak dinyatakan dapat digantikan dengan pernyataan afek/ ekspresi emosi terlihat dalam pencapaian cita-cita. Dapat pula digantikan dengan pernyataan instrumental usaha mencapai cita-cita;
c.kompetisi tidak harus melawan orang lain, melainkan berupa kompetisi mencapai standar prestasi yang ditetapkan oleh diri sendiri.
Kalimat atau paragraf yang sesuai
Pada saat itu aku, Arai, dan Jimbron mengkristalisasikan harapan agung kami dalam satu statement yang sangat ambisius: cita-cita kami adalah kami ingin sekolah ke Perancis! Ingin menginjakkan kaki di altar suci almameter Sorbonne, ingin menjelajah Eropa sampai ke Afrika. Harapan ini selanjutnya menghantui kami setiap hari. Begitulah tinggi cita-cita kami. (Mozaik 6, hal. 73)
Unique accomplishment (subkategori AI)
Penemuan, kreasi artistik, dan penemuan luar biasa menuju pencapaian cita-cita.
Mozaik 17: “Short term equilibrium!?? Astaga! Mengapa aku tak pernah berpikir ke sana!!?? Short term equilibrium untuk model transfer pricing??!! Luar biasa!! Luar biasa!!”. (hal. 253)
“Bagus sekali!! Tak ada lagi orang yang dapat membuat teori baru dalam ekonomi mikro (....) jika semua hipotesismu ini dapat dibuktikan, jika semua premis dan asumsimu valid, maka risetmu ini bisa memenangkan penghargaan ilmiah!!” (hal. 254)
“...Di dalamnya aku akan mengoreksi pandangan tentang bentuk representatif yang menyesatkan dari Darwin” (hal. 261)
Long-term involvement (subkategori AI)
Pernyataan mengenai cita-cita jangka panjang
Dengan kaki tenggelam dalam lumpur dampai lutut kami tak surut menggantungkan cita-cita di bulan: Ingin sekolah ke Perancis, ingin menginjakkan kaki-kaki miskin kami di atas altar suci almamater Sorbonne, ingin menjelajahi Eropa dampai ke Afrika (Mozaik 18, hal 268)
Doubtful Achievement Imagery (subkategori AI)
Isi cerita yang tidak memenuhi subkategori AI, namun masih berhubungan dengan motif prestasi.
“Dunia..!!! sambut aku...!! Ini aku, Arai, datang untukmu...!!” Pasti itu maksudnya (Mozaik 2, hal. 29)
Unrelated Imagery (subkategori AI)
Isi cerita yang sama sekali tidak berhubungan dengan motif berprestasi.
Daratan ini mencuat dari perut bumi laksana tanah yang dilantakkan tenaga dahsyat katalismik. Menggelegak sebab lahar meluap-luap di bawahnya. Lalu membumbung di atasnya langit terbelah dua. (....) paragraf pertama mozaik 1
Seluruh isi mozaik 1 (menceritakan sekolah SMA Bukan Main dan kenakalan Arai)
Seluruh isi mozaik 13 (menceritakan usaha Arai membahagiakan hati sahabatnya, Jimbron)
Seluruh isi Mozaik 14 (mengisahkan usaha Andrea dan Jimbron membahagiakan hati Arai)
Terdapat 11 bab/ mozaik (mozaik 1 sampai dengan 11) yang tidak relevan dengan motif berprestasi.
Achievement Thema (Ach Th)
AI dielaborasi sehingga menjadi tema sentral plot atau tema sentral cerita
Kalimat atau paragraf yang sesuai
Aku mengambil surat kelulusan Arai dan membaca kalimat demi kalimat dalam surat keputusan yang dipegangnya dan jiwaku seakan terbang. (....). Sedikit saja satu dari miliaran episkulus itu keluar dari orbitnya, maka dalam hitungan detik semesta alam akan meledak menjadi remah-remah. Hanya itu kalimat yang dapat menggambarkan bagaimana sempurnanya Tuhan telah mengatur potongan-potongan mozaik hidupku dan Arai, demikian indahnya Tuhan bertahun-tahun telah memeluk mimpi-mimpi kami, telah menyimak harapan-harapan sepi dalam hati kami, karena di atas kertas itu tertulis nama universitas yang menerimanya, sama dengan universitas yang menerimaku, di sana jelas tertulis: Universite de Paris, Sorbonne, Perancis. (Mozaik 18, hal. 272)
Perilaku penyesuaian diri Andrea dan Arai demi menuju cita-cita:
Need for Achievement (N)
Tokoh cerita menyatakan keinginan secara eksplisit bahwa ia ingin mencapai cita-cita tertentu.
Sebaliknya aku semakin terpatri dengan cita-cita agung kami: ingin sekolah ke Perancis, menginjakkan kaki di altar suci almameter Sorbonne, menjelajahi Eropa sampai ke Afrika. Tak pernah sedikit pun terpikir untuk mengompromikan cita-cita itu. (Mozaik 15, hal.208)
Instrumental Achievement (I+, I-, Io)
Aktivitas overt maupun mental oleh satu atau lebih karakter dalam cerita, yang mengindikasikan bahwa sesuatu dilakukan untuk mencapai cita-cita. Skor I+ diberikan apabila usaha yang dilakukan sukses, skor I- apabila usaha yang dilakukan tidak sukses, dan skor Io diberikan apabila hasil usaha belum diketahui hasilnya.
I+
Paling tidak karena tenaga dari optimisme, pada pembagian rapor terakhir saat tamat SMA Negeri Bukan Main hari ini, aku kembali mendudukkan ayahku di kursi nomor tiga. (Mozaik 15, hal. 209)
I-
Berbulan-bulan di Bogor, berbekal selembar ijazah SMA, kami tak kunjung mendapatkan pekerjaan. (Mozaik 16, hal 236)
Anticipatory goal states Need for Achievement (Ga+, Ga-)
Seseorang dalam cerita mengantisipasi kesuksesan maupun kegagalan pencapaian cita-cita. Skor Ga+ menandakan bahwa tokoh cerita memikirkan kesuksesan yang akan dicapainya. Skor Ga- menandakan tokoh cerita memikirkan kegagalan yang mungkin menimpanya.
Ga+
“Kita akan lakukan yang terbaik di sini!! Dan kita akan berkelana menjelajahi Eropa sampai Afrika!! Kita akan sekolah ke Perancis!! Kita akan menginjakkan kaki di altar suci almameter Sorbonne! Apa pun yang terjadi!!” (Mozaik 12, hal 154)
Ga-
Bagi kami, harapan sekolah ke Perancis tak ubahnya pungguk merindukan dipeluk bulan purnama, serupa kodok ingin dicium putri agar berubah jadi pangeran. Altar suci almameter Sorbonne, menjelajahi Eropa sampai Afrika, hanyalah muslihat untuk menipu tubuh yang kelelahan agar tegar bangun pukul dua pagi untuk memikul ikan. (Mozaik 12, hal. 144)
Obstacles or Blocks (Bp, Bw)
Cerita mendapatkan skor halangan apabila aktivitas menuju cita-cita terhalang. Apabila halangan berasal dari diri individu (misal kurang percaya diri, dsb) maka mendapat skor Bp. Apabila halangan berasala dari luar diri individu atau lingkungan, maka mendapatkan skor Bw.
Bw
Berada dalam pergaulan remaja Melayu yang seharian membanting tulang, mendengar pandangan mereka tentang masa depan, dan melihat bagaimana mereka satu per satu berakhir, lambat laun mempengaruhiku untuk menilai situasiku secara realistis. (...) ia memiliki hubungan dengan perasaan pesimis. Realistis tak lain adalah pedal rem yang sering menghambat harapan orang. (Mozaik 12, hal 143-144)
Bp
Kini aku telah menjadi pribadi yang pesimistis. Malas belajar. (Mozaik 12, hal144)
Nurturant Press (Nup)
Tekanan dalam cerita, sumber daya personal, yang membantu tokoh cerita melaksanakan aktivitas mencapai cita-cita. Dapat berupa pertolongan, simpati, atau dukungan dari orang lain.
“(...) Mengapa kau berhenti bercita-cita, Bujang? Pahamkah engkau, berhenti bercita-cita adalah tragedi terbesar dalam hidup manusia!!”. (Mozaik 12, hal. 148).
“Apa yang terjadi denganmu, Ikal? Mengapa jadi begini sekolahmu? Ke mana semangat itu??Mimpi-mimpi itu??!!”. (...) “Tanpa mimpi, orang seperti kita akan mati....” (Mozaik 12, hal. 153)
“Kud... kuda Sumbawa ini untukmu, Ikal.....”. Aku terkejut Jimbron menyerahkan tabungan kuda Sumbawanya untukku. “Dan kuda sadel untukmu, Arai...” (....) “Dari dulu tabungan itu memang kusiapkan untuk kalian...” (....)”Kalian lebih pintar, lebih punya kesempatan untuk sekolah lagikalian berangkat saja ke Jawa. Pakailah uang itu, kejarlah cita-cita....” (Mozaik 16, hal. 217-218)
Pak Balia memberikan padaku sebuah gambar yang selalu diperlihatkannya di depan kelas: pelukis, menara Eiffel, dan sungai Siene. (....). Perancis bukan hanya impianku dan Arai tapi juga impian sepi beliau (Mozaik 16, hal. 219)
Affective States (G+, G-)
Kondisi afektif atau emosional yang diasosiasikan dengan pencapaian cita-cita. Skor G+ menandakan afek (kondisi emosional) positif, misalnya: bahagia, bangga, dsb). Skor G- menandakan kondisi afek negatif, misalnya: tidak bersemangat, merasa gila, dsb).
Kalimat atau paragraf yang sesuai
G+
“....jika semua premis asumsimu valid, maka risetmu ini bisa memenangkan pernghargaan ilmiah!!” Aku merinding mendengarnya. Tapi tak mungkin profesor itu membual. Aku tenggelam dalam euforia intelektual sang profesor (Mozaik 17, hal. 254)
G-
..aku teringat perpisahan dengan sahabatku, Lintang, yang menghancurkan hatiku, aku teringat nasib pilu seorang laki-laki bernama Bodenga, dan aku sadar betapa sejak kecil kami telah menjalani kehidupan yang keras demi pendidikan.
KESIMPULAN
Novel “Sang Pemimpi” merupakan novel yang memiliki isi gagasan motif berprestasi. Di dalam novelnya, Andrea Hirata mengisahkan perjuangan hidupnya, Arai, Jimbron serta dukungan orang-orang di sekitarnya demi meraih cita-cita sekolah di Perancis, menginjak altar almamater Sorbonne, dan menjelajah Eropa hingga Afrika. Perjuang hidup mereka berlandaskan sebuah motif berprestasi yang dapat digambarkan dalam bagan sebagai berikut:
Novel “Sang Pemimpi” mengkomunikasikan sebuah ide mengenai motif berprestasi (Achievement Imagery/ AI). Penulis novel tersebut mengisahkan kompetisi meraih standar cita-cita yang disusun sendiri oleh tokoh-tokohnya (Competition with a standard of excellence), melalui usaha pencapaian yang unik yaitu menciptakan teori baru transfer pricing dan kritisasi teori evolusi Darwin (unique accomplishment). Guna mencapai cita mereka, para tokohnya melakukan usaha jangka panjang (long-term involvement) dimulai dari pernyataan cita-cita, belajar dengan rajin di sekolah diiringi kerja keras sepulang sekolah, kemudian merantau ke Jawa, kuliah di Universitas Indonesia jurusan Ekonomi dan Biologi, hingga pada akhirnya mendapatkan beasiswa kuliah di Universite de Sorbonne, Paris, Perancis.
REFERENSI
Fausiah, F. dan Widury, J. (2007). Psikologi Abnormal Klinis Dewasa. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press).
Hirata, A. (2008). Sang Pemimpi. Yogyakarta: Benteng Pustaka.
McClelland, D. C., Atkinson, J. W., Clark, A. A., and Lowell, E. L. (1953). The Achievement Motive. New York: Apleton-Century-Crolts.
Omrod, J. E. (2006). Educational Psychology (5th rd.). New Jersey: Prentice Hall.
Sobur, A. (2001). Psikologi Umum dan Lintasan Sejarah. Bandung: Pustaka Setia.
Zakianto, B. D. K. dan Ali-Nafis, T. R. U. (2001). Motivasi dan Prestasi Belajar. Depok.
Wortman, C. B., Loftus, E. F., and Marshall, M. E. (1999). Psychology (5th ed.). USA: McGraw-Hill.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
3 komentar:
wah...luar biasa...
ini konten analisis bukan???
bagus banget...
keren ka...
Kamu bakat jadi peneliti dech...Rajin banget, membahas Sang Pemimpi sampai detil begitu dengan berbagai macam teori. Mudah-mudahan kita semua bisa seperti Ikal ya yang punya motivasi tinggi dan dikeliling oleh teman2 yang mencintai dan selalu menginspirasikan hal2 yang positif.
@makasi tegar..iya kayanya si..^^ konten analisis kuliah observasi
@Triwil: wah terimakasih..padahal nulisnya karena terpaksa kudu ngumpulin tugas kuliah..hehe
Posting Komentar