Senin, 07 April 2008

the Art of Loving

Alhamdulillah…bisa selamat dari seminggu ujian 10 mata kuliah!!. Sehari 3, 2, dan 1 mata kuliah full!. Tanpa jeda apalagi libur!. Well, gak berani liat hasilnya...biarin aja deh ntar nunggu keluar IPK semester 6 aja.

Alhamdulillahirabbil`alamin....Doomo arigatoo gozaimasu buat orang2 yang mendukungku selama UTS!. Ya kamu!!^^ siapa lagi coba???.

Setelah lolos dari ”lubang jarum”, aku bersyukur bisa pulang ke rumah dan tidur sepanjang masa (masa liburan sabtu-Minggu). Bersyukur juga bisa menikmati ”The Art of Loving”nya penulis favoritku Erich Fromm. Well, ternyata cinta itu begitu toh??!.Teorinya bikin gak romatis lagi^^, berat euy!.

Kata Fromm, cinta itu care, responsibility, respect, dan knowledge. Gak mungkin cinta kalo nggak peduli apa dia idup atau mati—bahagia atau menderita, dsb, nggak mungkin juga cinta kalo gak mau bertanggungjawab—sebodo amat ama si dia, gak menghormati, apalagi gak tau apa-apa soal sia dia.

Masi kata Fromm, kita hidup di dunia yang materialistis sekali, hingga dikelilingi pseudolove—cinta semu. “Aku mencintaimu karena kita bisa tukeran sesuatu yang adil”. Kamu punya materi dan aku cantik so kita cocok, kamu ngefans ama aku so aku cinta kamu, yang penting kita cinta--bodo amat jenis kelamin kita sama!.

Kalo di Islam aku belajar level2 cinta mulai dari cinta pada Allah, Rosulullah saw, ikhwah, baru diri sendiri. Dari Fromm aku belajar tipe awal cinta yaitu motherly love—cinta keibuan yang unconditional. Mau kita jelek n gak baik kaya apa juga, cinta Ibu gak ada syaratnya, gak ada batasnya. Trus lanjut ke fatherly love, jenis cinta yang musti diperjuangin. Soale seorang ayah naluri cintanya muncul kalo si anak udah ngelakuin sesuatu yang bisa dibanggakan atau kalo di anak mirip ama dirinya. Emang sie keliatannya gak tulus, tapi penting!. Fatherly love ini musti dipahami, soale dalam kehidupan sehari-hari umumnya gitu. Musti nunjukin diri dulu, baru deh.. Baiknya, cinta jenis ini bisa diperjuangin!. jelas ikhtiar berbanding hasil. Gak kaya cinta Ibu yang mau kita gimana juga ya cintanya segitu. Trus cinta level tertinggi ketika kita menjadi ayah atau ibu itu sendiri dan mempraktikkan apa yang kita pelajari tentang cinta semenjak menjadi manusia. Kita adalah cinta itu sendiri.

Sebenernya inti teori Fromm masi ada lagi, tapi baca sendiri aja ya bukunya. ^^ Atau kalo udah baca, mohon dikoreksi atau ditambahin.

Lagi mau baca “Man`s Search for Himself”nya Rollo May, seru gak ya??. Aku suka para psikolog eksistensial yang paham bahwa hidup adalah pilihan.


Read more:
Fromm, E. (1956). The Art of Loving. New York: Harper & Row.
May, R. (1953). Man`s Search for Himself. New York: Dell.

Tidak ada komentar: