Alhamdulillah sejak 2015 saya telah mengenal OCD alias intermitent fasting. Sejak kelahiran putri kedua, Alhamdulillah berhasil turun dari 73kg ke 54kg dan bertahan disana sampai dengan 2017. Sayangnya pertambahan usia diiringi dengan peningkatan berat badan pula. Mulai dari 54kg ke 56kg di 2018, lalu 57kg di 2019 sampai dengan 2020. Gawatnya lagi jika sedang perjalanan keluar kota terus menanjak hingga pernah menyentuh angka 61kg, mengerikan😶🌫. Sepertinya sekedar puasa air 16-18jam tidak lagi mempan mengatasi laju masuknya makanan dan metabolisme yang melambat. Maka sejak September 2021 saya mulai berlatih angkat beban dumbblle dan kettlle di rumah, ditambah puasa air sekitar 20jam. Berat badan pun stabil di kisaran 55-57kg.
Jika sekedar tidak kegemukan, maka sudahlah cukup dengan kondisi seperti ini. Masih di kisaran BMI yang aman, tidak ada keluhan badan yang macam-macam. Tapi saya merasa belum puas melihat timbunan lemak yang menyebar khususnya di area perut dan paha. Sepertinya tidak kegemukan, tapi kadar lemak melebihi otot. Jadi ya tidak nyaman, kurang lincah beraktivitas. Cari tahu lagi apa yang salah, apa yang perlu diupayakan. Akhirnya berjumpa solusi usia 30an yang sudah dipraktikkan banyak orang di muka bumi, yaitu tak lain tak bukan puasa air jangka panjang alias Prolonged Fasting. Ini bentuk lanjutan dari intermittent fasting. Jadi bagi kita yang sudah terbiasa minum air putih saja dalam 16,18,20,23 jam ini seharusnya tidaklah menyeramkan. Hanya menambah masa puasa air menjadi lebih dari 24jam, kesulitannya dimana?. Pengalaman terakhir berhasil di 44jam, gagal lantaran kegalauan dan kurangnya motivasi. Jadi kali ini saya mengumpulkan informasi, memantapkan keyakinan, dan menyusun rencana sukses. InsyaAllah kali ini tidak akan mudah terkalahkan kegamangan hati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar