Selasa, 18 Juni 2019

Pengalaman Liburan keluarga ke Garut dan Bandung

Alhamdulillah kami memperoleh kesempatan mengunjungi Garut, sang "Swiss van Java". Konon kabarnya, saking indahnya Charlie Chaplin dahulu rajin mengunjungi kota ini. Hal itu saya rasa tidaklah mengherankan. Di kali pertama kunjungan saya ke Garut, saya telah jatuh cinta dengan pemandangan gunungnya yang spektakuler Masya Allah. Belum lagi udaranya sejuk, layaknya udara musim semi di Jepang. 

Kami mengawali perjalanan menuju Depok sejak pukul 3 pagi. Alhamdulillah, perjalanan sangat lancar dari Depok sehingga pukul 8 kurang kami sudah tiba di Kamojang Ecopark. Sempat berhenti untuk sholat subuh dan istirahat di rest area, maka waktu perjalanan bertambah dari 4 jam menjadi 5 jam.

Setibanya di Kamojang Ecopark, kami disambut petugas karcis masuk. Biaya masuknya tertulis 13ribu, namun kami dihargai 20ribu per orang dewasa, dengan anak-anak dikecualikan. Sehingga total kami membayar 45 ribu untuk dua tiket dewasa dan biaya parkir. Relatif terjangkau ya dibandingkan wisata di Anyer misalnya. Belum lagi kami masih memperoleh dua teh botol sosro bersamaan dengan tiketnya.

Setibanya di dalam kami cukup bingung mengenai lokasi parkir, karena kurang ada petunjuk yang jelas, serta minim petugas. Suami pun bertanya pada pedagang di dekat parkiran. Turun dari mobil kami disambut udara sejuk pegunungan serta pemandangan yang belum pernah saya temui sebelumnya. Beberapa spot foto pun disediakan bagi pengunjung. Meski wahana yang ada relatif tidak banyak, saya cukup puas dengan suasana yang dihadirkan dan beberapa spot foto yang instagramable.

Setelah Sofia mulai kebosanan, kami meninggalkan Kamojang menuju Pabrik Dodol Picnic yang legendaris. Sayangnya pabrik sedang tutup karena hari minggu, sehingga kami melaju ke panganan dodol lainnya yang ditawarkan oleh Chocodot. Dibantu oleh google maps kami akhirnya tiba di Chocodot World, setelah melalui deretan toko oleh-oleh yang didominasi oleh spanduk chocodot. Di Chocodot World tidak ada display pembuatan, melainkan sejarah dan produk cokelat yang berbentuk miniatur candi cangkuang dan miniatur bangunan di berbagai kota dunia. Di sebelah ruangan terdapat toko yang menjual produk dari PT Tama dengan harga berkisar 20ribu hingga 100ribuan. Agak kalap ya ingin membeli semuanya, karena tampilannya sangat instagramable. 

Siang hari saatnya makan bersama. Maksud hati ingin ke Asep Stroberi yang konon besar dan dilengkapi aneka wahana. Namun suami sudah lelah dan ingin tidur, sehingga kami mengunjungi Rumah Makan Asep Stroberi di dekat hotel Santika, tempat kami menginap. Rumah makannya sangat kecil, dengan kolam dan ayunan saja, sehingga putri-putri kami lekas bosan. Dari segi rasa pun sayangnya paket nasi liwet ayam kampung terasa serba manis, meski sambalnya sekalipun. Untungnya, nasi goreng Astro yang disajikan tidaklah mengecewakan.

Lelah mengunjungi 3 tempat, kami langsung menuju Hotel Santika meski masih satu jam menuju waktu check in. Setibanya disana, kami disambut dengan keramahan yang mempesona mulai dari satpam di gerbang hingga staf di dalamnya. Meski belum bisa check in, kami bisa bersantai di lobby, sementara kedua Azzahra bisa berkejar-kejaran.

Ketika akhirnya kami bisa check in, kami langsung menuju kamar 208 di lantai atas, dengan view kolam renang dan pegunungan. Meski sayangnya di seberang santika sedang ada pembangunan gedung, yang cukup mengganggu indahnya pemandangan yang disajikan. Kamar Deluxe Hotel Santika tertata apik ala modern. Gedung Santika sendiri baru dibangun, sehingga sangat instagramable dan kekinian. Kami merasa betah dan nyaman berada di sana untuk berenang, beristirahat, dan menikmati sarapan di pagi hari. Saat kami berada di sana, suasana sangat ramai dengan pegawai dan keluarga yang berlibur. 

Pukul 11 siang kami pun check out karena ingin mampir ke museum Geologi di Bandung. Kami memilih jalur kota Garut sehingga melewati alun-alun Leles dan Asep Stroberi Leles yang besarnya berkali lipat Asep stroberi yang kami kunjungi. Namun kami tak jadi mampir karena harus segera pulang dan perjalanan masih panjang.

Tiba di Bandung kami sekilas mengelilingi Museum Geologi yang tiketnya hanya 8ribu untuk dewasa dan 2ribu untuk anak sekolah. Di dalamnya terdapat fosil gajah dan aneka hasil galian bumi. Saya kira anak-anak akan bosan, ternyata Sofia memang bosan, namun di luar dugaan kaka Zahra sangat antusias menikmati koleksi museum, meski ia belum lancar membaca keterangan yang dihadirkan. Masih banyak hal yang menarik di Bandung, tapi kami sudah harus menuju Depok karena suami akan masuk kerja esoknya.

Suami memilih jalur non-tol melewati Cianjur dan Cisarua. Ternyata jalur tersebut sedang dipadati orang-orang yang berlibur, sehingga kami tiba cukup malam, meski sudah buru-buru pergi dari Bandung. Kami rasa lebih baik memilih jalur tol jika ingin lebih cepat. Namun jalur non-tol menyuguhkan sensasi lintas kota dan interaksi dengan para pedagang di jalanan.

Demikian sekilas pengalaman kami berlibur di Garut dan Bandung. Jika Allah Menghendaki, saya ingin sekali kembali ke Kamojang untuk menjelajahi kawah Kamojang dan menginap di area Kamojang yang Subhanallah luar biasa indahnya. Untuk apa keluar negeri, jika negeri ini indahnya luar biasa :).

 

Tidak ada komentar: