Setiap harinya saya selalu bersama Sofia dan Zahra 1x24 jam. Hampir tidak pernah bisa meninggalkan keduanya kecuali ada ayahnya menjagakan. Saya sebagai orang tua homeschooling tahu betul perkembangan keduanya hari ke hari. Termasuk perkembangan akademis (baca tulis hitung) Zahra. Bisa dibilang Zahra lambat sekali bisa calistung. Jangankan menulis angka, berhitung 1 sampai 10 saja masih salah. Jangankan menulis huruf, A sampai Z saja ia belum mengerti. Dan yang paling mengesalkan sulit sekali baginya mengingat nama dari warna. Karena sulitnya akhirnya saya memilih menunggu, mungkin memang belum usianya. Tidak terbayangkan apabila ia masuk TK, dimana ia akan dituntut belajar calistung. Meski aturan resmi negara tidak boleh, tapi banyak pula TK yang memaksakan siswa siswinya harus bisa baca saat lulus TK. Mungkin ia akan jadi siswi terbelakang, atau bahkan tidak mau berangkat TK, seperti kejadian terakhir ikut TPQ, mengamuk dan tidak pernah lagi mau datang.
Jika melihat sisi akademis putri saya, rasanya memang tidak membanggakan. Namun jika melihat bagaimana akhlaknya pada bundanya, saya rasa akademis bisa saya lupakan dulu sementara waktu. Zahra anak yang perhatian sekali pada bundanya. Jika bundanya menangis dia akan bertanya, "Kenapa bunda nangis?". Jika bunda akan turun dari mobil dia lekas turun duluan untuk membukakan pintu mobil bundanya. Jika bunda berpesan tentang kematian, ia sudah menangis duluan sesenggukan sedih membayangkan bundanya meninggal. Zahra adalah putri yang peka hatinya, sayang pada bundanya. Lalu bagaimana boleh saya tidak bersyukur?.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar