Putri saya tumbuh menjadi anak yang saya idam-idamkan. Meski baru berusia 4 tahun ia mampu bersikap dewasa diantaranya mampu berempati, gemar meminta maaf dan memaafkan, serta gemar membantu ibundanya. Semua itu terwujud tentulah tidak instan, perlu kesiapan dari segi kematangan berpikir, serta pembiasaan yang kita latih dengan sabar.
1. Mampu berempati
Putri saya mampu mengenali perasaan orang lain, khususnya ibundanya. Ia biasanya menanyakan kenapa saya menangis. Mengenali apabila saya sakit dan segera mengambilkan obat. Jika saya berkata kepedasan, ia akan berinisiatif, berlari mengambilkan saya minum. Menyayangi saya yang sedang hamil dan memberikan perhatian yang seringkali mengejutkan. Mungkin daya empatinya merupakan anugerah Allah swt berkaitan dengan dirinya yang perempuan, tetapi mungkin juga hal itu terlatih seiring dengan kebiasaan kita memberikannya perhatian dan meminta ia juga mengerti kondisi kita.
2. Gemar meminta dan memaafkan
Sebelum saya marah, biasanya putri saya lekas meminta maaf. Minta maaf bunda, lalu dia menjelaskan kenapa ia meminta maaf. Bahkan terkadang ia berkata "aku ga tau" ketika saya tanya kenapa meminta maaf. Selain gemar meminta maaf ia juga gemar memaafkan kesalahan saya atau teman-temannya. Mungkin karena ia masih kecil, namun semoga saja seterusnya. Amin.
3. Gemar membantu ibundanya
Jika saya mengerjakan sesuatu biasanya putri saya berkata, "Aku mau bantu". Memang jika bosan dia akan meninggalkan pekerjaan begitu saja, namun saya bersyukur dengan inisiatifnya membantu pekerjaan rumah. Ia juga berusaha melakukan apapun yang dapat ia lakukan sendiri, misalnya saja membuat teh dan susu, mengambil minum, mengaduk kue, mengepel, dan menyiram tanaman. Jika menumpahkan sesuatu ia akan segera mengelap tanpa dikomando. Hanya saja sifat manjanya sebagai anak-anak masih sering timbul, misalnya saja enggan memakai baju sendiri meskipun terbukti bisa melakukannya. Minta dimandikan meskipun sebenarnya bisa mandi sendiri.
4. Gemar mengungkapkan sayang
Mulai dari memeluk dan mencium, hingga memberikan bunga untuk ibundanya, ia sering mengungkapkan rasa sayangnya. Hal itu merupakan efek samping dari pembiasaan yang saya lakukan yaitu memeluknya dan berkata, "Sayang Zahra. Zahra sayang bunda tak?". Biasanya ia menjawab "Sayang". Lama kelamaan ia yang memulai memeluk dan berkata, "Sayang bunda". Saat ia lebih kecil ia sering meminta ambilkan ini dan itu. Saya tidak mau melakukannya sebelum ia berkata "tolong" dan memenuhi syarat, yaitu mencium saya tiga kali. Lama kelamaan ia mencium saya tanpa diminta dan tanpa alasan.
Demikian sekilas mengenai daya empati yang tumbuh pada anak, khususnya anak saya. Mulanya saya pesimis apakah mungkin anak saya yang dulunya begitu egois mampu menunjukkan empati yang tinggi pada orang lain. Ternyata dengan kesabaran dan usaha pada akhirnya Allah swt menjadikannya anak yang lembut perasaannya, besar kepeduliannya. Subhanallah. Fabiayyi aalaa i Rabbikuma tukadzibaan. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dikatakan (QS Ar Rahman).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar