Di masa kini, menjadi ibu rumah tangga merupakan suatu anugerah karena tidak semua wanita bisa menikmatinya. Tuntutan ekonomi untuk hidup layak di perkotaan, hutang yang sudah terlanjur diambil, serta tekanan dari sekitar agar wanita berpendidikan harus bekerja adalah beberapa alasan utama kenapa banyak wanita sulit untuk memberanikan diri menjadi seorang ibu rumah tangga. Saya pribadi perlu mengalami kondisi terdesak baru bisa berhenti bekerja di luar rumah. Alhamdulillah ternyata setelah proses adaptasi, hidup sebagai seorang ibu rumah tangga ternyata jauh lebih nikmat.
Apa saja keuntungan menjadi ibu rumah tangga (IRT)?. Mari kita bahas.
Pertama, anak bisa kita pegang/ asuh dan didik sendiri. Tanpa asuhan ibu kandung, anak memang bisa hidup dan tumbuh berkembang. Dengan bantuan nenek atau pengasuh lainnya anak bisa saja mendewasa tanpa ibunya. Namun siapakah yang rugi?. Mungkin sang anak rugi, tapi ibunya mungkin lebih rugi. Masa balita dan anak-anak berlalu dengan begitu cepat. Terkadang saya menyesal sudah melewatkan masa-masa ketika putri saya masih berusia 1 tahun, karena banyak waktu saya tersita untuk pekerjaan di luar. Kini ia berusia 4 tahun dan rasanya semua berlalu dengan terlampau singkat. Jangan sampai penyesalan itu muncul di kemudian hari ketika ternyata anak kita tumbuh tidak sejalan dengan visi misi kita, lalu semua sudah terlambat untuk diperbaiki. Dan naudzubillahimindzalik jika penyesalan itu terjadi di yaumul hisab, di hari ketika kita ditanya akan segala amanah yang kita pegang. Hari ketika ditanya apa yang sudah kita lakukan atau tidak lakukan terhadap anak-anak kita. Jangan sampai menyesal di kemudian hari mudah-mudahan.
Kedua, hidup lebih tenang. Tidak ada lagi beban kerja berlebih antara pekerjaan di luar rumah, mengasuh anak setelahnya, dan mengurus rumah pula. Memasak jadi lebih leluasa sehingga kita yakin dengan kandungan makanan yang kita santap. Halal dan tayyib insyaAllah sehingga lebih sehat dan tenang di hati. Pikiran pun lebih fokus mengurus anak, suami, dan rumah. Dengan berkurangnya beban, ibu jadi lebih santai dan sabar mengasuh anak. Lebih bisa menikmati saat-saat bersama anak. Lebih punya waktu untuk mengobrol dan belajar bersama di rumah dengan anak tercinta.
Ketiga, belajar Qana'ah. Ketika ibu berhenti bekerja di luar rumah, otomatis penghasilan keluarga berkurang. Tapi di situlah ternyata muncul keberkahan. Asalkan sebelum berhenti ibu tidak meninggalkan hutang, ternyata dengan tinggal di rumah, biaya hidup menjadi lebih murah. Tidak ada lagi biaya pengasuh atau ongkos pulang pergi bekerja. Tidak ada lagi jajan berlebihan di luar karena di rumah relatif lebih jauh dari godaan pedagang. Ibu dan anak belajar untuk Qana'ah, merasa cukup dengan apa yang diberikan ayah, dan mengelolanya agar segala kebutuhan utama dapat terpenuhi. Berkurangnya penghasilan membuat ibu lebih ketat memberikan apa yang anak butuhkan, bukan inginkan. Sehingga akhirnya baik ibu maupun anak terlatih untuk menahan nafsu dan bersyukur dengan apa yang ada. InsyaAllah, mudah-mudahan anak tumbuh besar menjadi pribadi yang lebih sabar dan syukur dalam menjalani kehidupan. Tidak mudah mengandalkan orangtuanya, seperti anak yang biasa dimanjakan.
Demikianlah tiga kenikmatan menjadi ibu rumah tangga. Satu lagi yang tak kalah penting, lebih banyak di rumah berarti lebih banyak waktu bergaul dengan Al Quran. Alhamdulillah, apalagi yang kita perlukan selain waktu untuk mempersiapkan kematian yang pasti akan datang.
Semoga tulisan ini bermanfaat. Wassalamualaikum
Tidak ada komentar:
Posting Komentar