Makanan ringan di Youme Town |
1. Makanan dan Minuman Halal
Ingin sekedar makan roti harus lihat bahan bakunya, notabene tertulis dalam huruf kanji. Itupun ujung-ujungnya haram; kalaupun halal rotinya keras. hiks. Ingin sekedar minum kopi lihat-lihat lagi. Untungnya air mineral dan teh hijau (ocha) sejauh yang saya tahu halal. Tapi tetap saja ngilernya saya melihat makanan di kantin kampus dan di pinggir jalan tidak mungkin saya tahan selamanya. Saya harus pulang.
2. Sulit mendengar azan
Dengan program Athan di komputer mungkin sekali bisa mendengar azan. Tapi yang live dari masjid atau mushala, masyaAllah, kapan ya bisa dengar di Jepang. Belum lagi kalau hendak sholat, masjid yang ada di Jepang bisa dihitung dengan jari. Terpaksa shalat dimana-mana, wudhu di toilet, huhu.
3. Atheisme
Kalau jaman dulu orang Jepang menganut Shinto--menyembah dewa matahari, saat ini orang muda tidak mempercayai Tuhan. Semakin lama saya di sana semakin was-was saja rasa hati. Parnonya saya, ada azab mengintai negara itu. Saya betul-betul ingin pulang.
4. Karoshi
Banyak teman-teman HUSA yang kembali dan bekerja bahkan menikah di Jepang. Saya tidak terlalu bisa bahasa Jepang sekaligus tidak berminat bekerja di sana. Sebagai muslim kebahagiaan dunia dan akhirat harus seimbang bukan. Di dunia saya tentu ingin bekerja, tapi mati karena bekerja, wah maaf-maaf saya tidak bersedia. Orang Jepang memiliki istilah Karoshi (mati karena bekerja keras), saya tidak mau jadi salah satu pelakunya.
5.Musim dingin
Saya ini payah perkara menahan dingin. Jangankan musim dingin dengan suhu minus derajat celcius, udara hujan di Indonesia saja saya sudah berjaket. Pulang ke Indonesia adalah solusinya. Udaranya cenderung stabil sepanjang waktu, dibandingkan Jepang dengan empat musimnya.
Demikian hal-hal dari Jepang yang membuat saya ingin pulang. Bersyukur sekali tinggal di Indonesia, terlepas dari berbagai problematika di negara ini, setidaknya saya mudah makan-minum yang halal dan mudah beribadah sebagai muslim.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar