Rabu, 27 November 2013

Saya dan Orang Jepang

Sebelum berangkat ke Jepang saya mendengar banyak hal buruk dan baik tentang orang Jepang. Ada yang bilang mereka itu "dingin", susah diajak berteman oleh orang asing, kecuali sedang mabuk. Seringnya saya mendengar mereka itu disiplin dan tepat waktu. Kalau mendengar yang positifnya sih tidak masalah ya, tapi mendengar yang negatifnya membuat saya cemas saat akan berangkat ke Jepang. Kira-kira saya bisa tidak ya bergaul dengan mereka?.

Saya dan Charlie
Untungnya saya sama sekali tidak mengalami masalah dalam pergaulan dengan orang Jepang. Beruntung, saya dikeliling oleh Nihonjin (orang jepang) yang baik hati. Pertama tutor saya Manami "Charlie" Nishie, ia membantu saya mengawali hidup di sana, membantu mengisi berkas-berkas berbahasa Jepang yang sumpah saya tidak mengerti bagaimana membaca dan mengisinya (Kemampuan bahasa Jepang saya saat itu payah). Membantu berurusan dengan orang Bank, yang sumpah saya tidak bisa bagaimana bicara dengan mereka. Dan masih banyak bantuan lainnya, yang meskipun itu tugasnya sebagai tutor, bagaimanapun saya amat sangat terbantu. 
Kedua, Yuki Ebihara. Dia bukan tutor saya, tapi hubungan kami cukup dekat. Gadis yang selalu tersenyum ramah dan enak diajak mengobrol. Beberapa kali kami sarapan bersama dan pernah juga berjalan-jalan di kota Hiroshima. 

Saya dan Mayo do kamar asrama
Ketiga, Shintaku Michikazu-san. Pria yang baik hati, tuan rumah saat saya homestay di desa Kuchiwa. Hingga saat ini beliau rajin memberikan respon pada posting saya di facebook. Beliau mengenalkan bagaimana kehidupan orang Jepang di pedesaan. Ternyata mirip-mirip dengan di Indonesia, bedanya di sana lebih sejahtera. Orang desa di Jepang minimal punya mobil satu dan itu bukan keluaran lama. 

Yuki & Natsuko
Keempat, Mayo. Awal bisa berkenalan dengannya terkait dengan kelabang. Saya geli sekali ada kelabang masuk ke kamar. Akibatnya saya terpaksa meminta tolong siapa saja yang ada di dapur asrama Universitas Hiroshima. Pas ada Mayo dan dia yang meskipun takut juga untungnya masih berusaha menolong. Sejak saat itu kami makin dekat dan sering mengobrol di dapur. Saya banyak belajar tentang pikiran orang Jepang dari cerita dan pendapatnya.

Serta masih ada beberapa orang Jepang yang baik sekali. Ada Yuki lain yang enak diajak ngobrol di asrama. Ada Natsuko yang memberi contoh tata cara upacara minum teh. Ada seorang ibu-ibu yang memberi kartu nama dan siap dihubungi untuk mengantar jalan-jalan keliling Jepang. Dan masih banyak orang baik lainnya. Mungkin tidak semua orang Jepang baik ya, karena itu saya ini beruntung sekali selalu bertemu yang baik dan penolong. Alhamdulillah :)

Tidak ada komentar: