Satu hal yang tak boleh dilewatkan saat mengunjungi Jepang adalah mengunjungi Kyoto. Sementara satu kota di Indonesia yang layak dihampiri, selain Bali, adalah Jogjakarta. Keduanya sama-sama kota budaya. Keduanya menawarkan nuansa masa silam berupa candi/ kuil, istana/ kastil, serta objek wisata alam.
Setelah membandingkan kedua kota tersebut, penulis ingin memberikan saran pengembangan kota Jogja. Tentu tidak ada maksud selain ingin Jogja menjadi kota wisata yang lebih baik laigi. Berikut ini hal-hal yang perlu dikembangkan di Jogjakarta:
Terkait dengan Sarana Transportasi:
Dibandingkan kota-kota lain di Indonesia, sarana transportasi penunjang wisata di Jogja sudah cukup maju. Pengunjung bisa menggunakan Trans Jogja untuk berkeliling ke berbagai objek wisata yang ada. Namun akan lebih baik bila TransJogja dilengkapi dengan peta halte-halte pemberhentian yang dipasang di setiap busnya. Seperti yang bisa kita temui di Busway Jakarta. Penulis pribadi mengalami kesulitan membayangkan posisi penulis, dibandingkan dengan lokasi halte yang penulis tuju. Satu-satunya petunjuk adalah pengumuman dari lisan kondektur bus.
Saran selanjutnya, perlu adanya kartu praktis one-day pass. Di Kyoto penulis cukup membeli tiket one-day pass seharga 500yen untuk berkeliling sepuasnya selama sehari.
Hal lain yang dapat memanjakan pengunjung adalah sarana loker penitipan tas. Apabila pengunjung membawa tas/ bawaan yang berat, di Kyoto tersedia loker yang dapat digunakan dengan memasukkan koin antara 100yen-500yen. Loker tersebut amat membantu pengunjung yang hendak berkeliling objek wisata. Apalagi bila objek wisata yang dituju cukup luas dan akan sangat melelahkan mengelilinginya dengan bawaan yang berat.
Demikian saran dari penulis. Jogja dan Kyoto, dua kota budaya yang luar biasa. Senang bisa mengunjungi keduanya :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar